Kamis, 11 Maret 2010

Penangkapan Teroris Berakhir Dengan Peluru,Kenapa?

Lagi, Densus 88 Anti Teror berhasil menembak mati teroris yang paling dicari seasia tenggara, Dulmatin di Pamulang Banten. Setelah Dr.Azhari,Noordin M.Top,kini giliran Dulmatin yang mati tertembak peluru.

Lalu,mengapa dalam penangkapan teroris berakhir dengan peluru? Ya alias teroris tewas tertembak. Pertanyaan ini mengusik hati saya.

Saya merasakan ada yang aneh atau ganjil dalam operasi penangkapan para pelaku teroris di Indonesia. Apalagi penangkapan Dulmatin berlangsung menjelang
kedatangan Obama di Indonesia bulan maret ini. Entah saya hanya berfikir bahwa ini seperti di skenario,mudah-mudahan apa yang kupikirkan ini benar-benar salah.
Kita semua juga tahu, Dr.Azhari dan Noordin M.Top pun berakhir dengan cara yang sama,tewas tertembak peluru. Tentu saya tidak salah jika berpikiran demikian bukan?

Ternyata,pertanyaan seperti itu tidak hanya ada di benak saya saja. Tetapi juga dibenak hati Habib Abdurrahman Assegaf.
Dalam acara Barometer SCTV tadi malam (10/3) ia mempertanyakan hal itu kepada narasumber wakil dari kepolisian.
Namun semua telah terjadi. Keberhasilan Densus 88 dalam memberantas teroris selama ini patut kita acungi jempol.
Rakyat senang dan bangga atas hasil kinerjanya. Tapi jika berandai-andai,seandainya para pelaku teroris bisa ditangkap hidup-hidup tentu jauh lebih baik.
Dengan menangkap hidup-hidup pastinya polisi akan mendapat informasi yang lebih banyak tentang jaringan teroris di Indonesia.

1 komentar:

heiho.. mengatakan...

iya yaa..kenapa githu..kok selalu saja tewas tertembak peluru???...